Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 20 Agustus 2015

Upacara Rambu Solo di Toraja

upacara rambu solo di TORAJA

Rambu Solo adalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini digenapi. Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai orang “sakit” atau “lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.
Puncak dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus. Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih, dan adu kaki. Ada juga pementasan beberapa musik dan beberapa tarian Toraja.
Kerbau yang disembelih dengan cara menebas leher kerbau hanya dengan sekali tebasan, ini merupakan ciri khas masyarakat Tana Toraja. Kerbau yang akan disembelih bukan hanya sekedar kerbau biasa, tetapi kerbau buleTedong Bonga” yang harganya berkisar antara 10 – 50 juta per ekornya.
Bagi anda yang penasaran dengan ke unikan upacara adat istiadat toraja silahkan kunjungi daerah kami… salam bloger basry

Minggu, 02 Agustus 2015

Ritual Ma' Nene'

Ma Nene'



Ma’ Nene’ adalah ritual yang terbilang unik di Toraja.Ritual ini juga bertujuan untuk menghormati keluarga orang yang telah di tinggalkan atau istilah bahasa Toraja (Mate / Mati).

Setiap wilayah di daerah ini berbeda-beda dan pada gambar tersebut khususnya Lo'ko Lemo (Pangala') setiap 3 tahun keluarga dari mayat untuk membersihkan tubuhnya dan pakaiannya diganti dengan yang baru , bahkan Patane ( kuburan ) serta pintu dibuka selama 1 bulan di bulan Agustus .

Karombi

Foto Ne' Karombi Maestro Karombi
Karombi adalah Alat Musik yang terbuat dari bambu dan cara memainkannya di tarik sehingga menimbulkan getaran pada rongga mulut dengan bantuan pernapasan.
Di Zaman Modern saat ini Karombi di kolaborasikan dengan alat musik Modern dan Tradisional.




Foto Batu Suiseki Toraja

http://www.torajanorth.blogspot.com/2015/08/misteri-peradaban-batu-suiseki-toraja.html
Foto Batu Suiseki

Misteri Peradaban Batu Suiseki Toraja



Misteri Peradaban Batu Suiseki Toraja
Gambar Batu Suiseki (Photo By Basry)

Indonesia yang terkenal karena beranekaragam Budaya Serta Kekayaan Dimiliki tentu membuat kita patut berbangga akan hal tersebut.

Salah satunya yakni Toraja, daerah yang dikenal secara Nasional maupun International karena Budaya, Adat, serta Pariwisatanya ini tentu menyita banyak perhatian bagi Publik untuk berkunjung ke “Tondok Lepongan Bulan Padang Ri Matariallo” artinya tanah mirip seperti bulan dan awal terbitnya matahari “ ialah Daerah Toraja.

Selain kekayaan yang disebutkan diatas, Toraja juga memiliki kekayaan megalitik kuno seperti Batu Suiseki (Batu Asli Toraja) yang kiranya berumur hingga ratusan tahun dan kini masih bisa ditemui beradabannya.

Pada (31/05/2015) setelah di datangi dikediamannya oleh Media di lokasi Ba’lele , Pria yang Hobi Rafting (Arung Jeram) yakni Agustinus Palamba’ menjelaskan tentang koleksi Batunya yang dimulai sejak Tahun 90-an di sungai Sa’dan.

Menurutnya niat untuk mengoleksi Batu tersebut adalah karena Hobi. Beranekaragam batu menarik yang dimiliki sungguh menyita perhatian bagi kita yang hendak melihat peradaban tersebut, seperti Batu menyerupai Wajah Manusia, Hewan, Batu yang berubah warna ketika terkena biasan Matahari, Fosil Hewan Purbakala serta anehnya lagi Batu tersebut Anti Gores, tambahnya.

Pria yang akrab disapa Pak Arung ini yang usianya kini beranjak 49 Tahun pernah ditawari oleh wisatawan dari Lokal (Jawa) dan Mancanegara (Eropa) untuk menjual koleksinya tersebut, namun Ditolaknya karena menurutnya hal ini perlu di jaga serta di rawat peradabannya, ucap Agustinus Lamba’

Jumlah koleksi Batu Suiseki yang dimiliki saat ini ada berjumlah kisaran ratusan dan tentu beranekaragam bentuk serta memiliki Nilai tersendiri baginya, dan belum pernah di eksplore sama sekali oleh pihak Media, sungguh berbangga media ini bisa mengabarkan hal tersebut.
Sebelum menutup akhir wawancara, Agustinus Lamba’ ungkapnya bahwa di Toraja ini masih banyak peradaban tersembunyi yang belum di temukan dan disentuh oleh kita. Ini membuktikan bahwa Toraja adalah Daerah Situs Purbakala yang ada sebelumnya di zaman belum kita lahir maka dari itu tugas dan tanggung jawab kita adalah mempertahankan peradaban tersebut.



Pagelaran Toraja Etnic Festival



 Pagelaran Toraja Etnic Festival 

Toraja yang identik dengan Pariwisata dan Budayanya yang beraneka ragam, maka tak heran sering kali menyita perhatian bagi Wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Toraja.
Seperti Visi-Misi Bupati Toraja Utara Drs.Frederik Batti Sorring,S.Sos.MM bahwa Pariwisata adalah penggerak sektor pembangunan khususnya di Toraja.

Baru-baru ini Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara bersama Dinas Budaya dan Pariwisata menggelar sebuah Festival Toraja Etnic , tema “kenali Budayamu” yang menampilkan beberapa pentas musik lagu Toraja,alat musik khas Toraja,dan Budaya Toraja yang di gunakan di berbagai acara tertentu dan di pusatkan di Rantepao jln.Dr.sam.Ratulangi pukul 07.00 (29/12/14).

Kesenian khas Toraja yang di pentaskan antara lain sebagai berikut : 

Pa’marakka yang di gunakan pada acara duka atau  (rambu solo), Pa’pelle' pada umumnya digunakan pada acara suka cita atau (rambu tuka'), To ma'karombi permainan asli dari Toraja, Ma’dondo' (pengucapan syukur) , To manimbong acara (rambu tuka'),Massuling,Ma'bugi’ (ucapan syukur), Ma'badong (acara duka atau rambu solo), dan penampilan penutup rangkaian acara adalah Band Tindoki  yang mengkolaborasikan perpaduan musik genre Modern(Pop)  dengan Tradisional(daerah) serta Band asal kota daeng yakni Caribas ikut serta menghibur para pengunjung saat itu.

Menurut Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Drs.Innosentius rantepasan,MM bahwa rangkaian acara ini menelan biaya sebanyak 200 juta yang di gelar selama 2 hari dirangkaian kan dengan Natal Oikumene pada tanggal 30 Desember 2014. Di samping itu melalui Festival Etnic Budaya ini kita mengenalkan kembali Budaya Toraja yang sempat punah (hilang) akibat pengaruh Dunia Modern serta kemajuan IPTEK saat ini,ucap Kadisbudpar Torut.

Saat di pantau oleh Media, banyak pula wisatawan Lokal maupun Mancanegara menikmati pertunjukan kesenian tersebut. Salah satu wisatawan lokal yang berkomentar saat empat mata dengan Media ialah Rahmawati asal kota Palopo mengatakan bahwa dirinya baru pertama kali menyaksikan pegelaran budaya seperti ini, karena biasanya hanya di saksikan melalui Televisi atau Internet,ucap salah satu wisatawan lokal dari palopo ini.





INILAH BEBERAPA OBJEK WISATA DI TORAJA SEBAGAI PANDUAN WISATA



Berbagai Objek Wisata di Toraja yang diakui dunia sebagai warisan leluhur masyarakat Toraja yang merupakan kekayaan budaya bangsa yang dapat dijadikan destinasi para wisatawan. Beberapa Wisata Situs Kuno, Wisata Budaya, Wisata Sejarah, Wisata Alam dan Wisata Kuliner bahkan Wisata Belanja dapat anda temui dibeberapa tempat di Toraja. Namun diperlukan dukungan dan keseriusan pemerintah secara khusus untuk memoles dan menata rapi tempat-tempat ini sehingga terkesan eksotis. Adapun beberapa destinasi wisata Toraja yang wajib dikunjungi diantaranya adl sbb:
Rante Kalimbuang (Bori). Adalahsalah satu dari 9 Objek Wisata Toraja yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia yang menarik untuk dikunjungi di Toraja Utara. Konstruksi Tongkonan Rante Kalimbuang terdiri dari 5 komponen utama yaitu: Tongkonan Tokeran Gandang, Tongkonan Lumika’, Tongkonan Lolok Batu, Tongkonan Ne’ Lame dan Tongkonan dari Kayu plus 102 bilah batu menhir yang berdiri, terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang dan 54 buah ukuran kecil. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Ibukota Toraja Utara, Rantepao (5km). yang terletak di jalan Bori, Kecamatan Sesean.
Pallawa’ (Pangli). Pallawa’ adalah sebuah Desa Tradisional di Toraja Utara, terletak di Pangli sebuah kecamatan di Sesean Utara. Sejumlah Tongkonan berdiri tegap disana, dimana Tongkonan yang tertua berada disisi posisi sebelah barat. Konon dibangun oleh Ne’ Totaru dan masih terawat dengan baik dari generasi ke 10 dan generasi ke 11 dari keturunannya. Anda dapat melihat Lumbung Padi yang merupakan milik keluarga Ne’ Totaru, kecuali ada satu yang dibangun oleh pemerintah. Tempat ini mudah dicapai oleh berbagai alat transportasi.
Londa. Terletak 5 km sebelah selatan dari Rantepao. Londa adalah kuburan gua batu kapur tua milik Lengkong dan To Para’pak. Adalah keturunan Tandilino yang membuat kuburan “Erong” pertama (Peti Kayu) dan setelah tiada, keturunannya melanjutkan tradisi ini. Sebuah Stupa yang menggantung dan banyak Erong yang diletakkan di tanah dapat anda jumpai disana.

Kete Kesu. Siapa yang tak kenal Kete Kesu? Berbagai perhelatan akbar bertaraf Internasional seperti “Toraja International Festival” pernah dilaksanakan disana. Kete Kesu yang dikenal dengan desa pemahat ini adalah salah satu Objek Wisata lainnya yang sangat menarik untuk dikunjungi. Terletak 4 km sebelah tenggara Rantepao dengan pesona rumah-rumah Tongkonan, Lumbung Padi (Alang) dan rangkaian batu megalit/menhir diantara sawah ditambah lagi adanya kuburan batu bangsawan dengan kuburan gantung dan tau-tau (patung) yang terletak sekitar 100 meter dibelakang desa ini. Pengunjungpun dapat membeli cendera mata sebagai oleh-oleh.
Selain itu masih sangat banyak tempat-tempat lainnya yang bisa dikunjungi wisatawan seperti Batutumonga dan Lo’ko’ Mata, Kolam Alam Limbong, Pasar Kerbau Bolu termahal di dunia yang menjual seluruh jenis kerbau, Sa’dan To’Barana’ sebagai daerah Tenun Tradisional Toraja serta Panorama Alam yang menyajikan Keindahan Alam, Pegunungan, Sawah dan Sungai yang membentang hampir disepanjang sudut Toraja dan masih banyak lagi, ditambah lagi dengan berbagai wisata budaya seperti Pesta Adat Rambu Solo dan Rambu Tuka. 


Tongkonan Papa Batu Yang Unik



Tongkonan Papa Batu Yang Unik
Setiap Daerah tentu memiliki keunikan tersendiri di tiap wilayah yang ada khususnya di Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki kekayaan Alam yang begitu limpah adalah Toraja.
Gito & Lince (Pengelola Tongkonan Papa Batu)
Toraja adalah salah satu dari sekian banyaknya tujuan wisatawan baik Lokal maupun Mancanegara setelah tujuan utama yakni Bali, karena Toraja selain memiliki beraneka ragam Parwisata, Budaya, Adat-Istiadat serta Keramahan Penduduknya maka tak heran jika pengunjung yang hadir di tempat ini tiap tahun mengalami peningkatan.

Setelah ditemui disela-sela waktunya (13/05/2015) , Traveler asal Argentina , Gito bersama Putrinya Alum merasakan hal yang berbeda saat berada di Toraja, ungkapnya.

Sekian lama melakukan perjalanan dari tahun 1995 menjelajahi berbagai Negara di Belahan Dunia dengan berjalan kaki tanpa mengandalkan keuangannya, dirinya lebih senang berjalan dibandingkan menggunakan kendaraaan karena dengan cara begitulah dapat bersentuhan langsung dengan masyarakat saat melakukan perjalanan.

Memang ini secara logika diluar kemampuan kita, namun begitulah perjalanan hidup saya, tambah Gito.

Setelah berinteraksi dengan Traveler Asal Argentina ini, dilanjutkan pula berkunjung disalah satu Objek Wisata yang berlokasi di Rembon yakni Tongkonan Papa Batu, yang di kelola oleh Lince Banne sekaligus pemilik Tongkonan tersebut merasa Senang apabila ada Wisatawan yang hendak berkunjung di wilayahnya, ungkap Lince Banne.

Tongkonan Papa batu ini ber umur ratusan tahun, lokasi ini juga terbilang sakral dan menurut kepercayaan nenek moyang tongkonan ini hanya bisa dimasuki oleh keluarga saja, namun karena merasa ibah kepada Traveler asal Argentina ini, Beliau mengizinkan  untuk melihat dan memasuki Tongkonan Papa Batu tersebut.

Meskipun tidak ada bantuan dari Pemerintah, Lince Banne juga ungkapnya bahwa tidak mematok harga bagi yang berkunjung di lokasi ini, atau dari kerelahan hati saja bagi Wisatawan yang ingin membayar ataupun tidak.

Selain itu Gito juga merasa takjub dan heran mengapa wilayah Toraja sungguh baik kepadanya, di objek wisata yang ada di Negaranya jika kita ingin mengetahui sebuah informasi selalu saja mengandalkan uang, tetapi ketika berada di tempat ini dirinya mendapatkan informasi seperti itu secara Cuma-Cuma.

Sebelum menutup akhir Interview bersama Media, Traveler Asal Argentina ungkapnya bahwa ini adalah Salah Satu Harta Karun  Dunia. Setelah melakukan perjalanan sekian lama baru kali ini dirinya merasakan hal yang berbeda setelah berada di Toraja.
 

 

My Profile Picture

My Profile Picture
FreeShotting